Minggu, 20 Januari 2013

tugas proposal



PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN
4 PALEMBAYAN TAHUN
PELAJARAN 2012/2013

PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tersruktur
Mata kuliah Metologi Penelitian  Pendidikan dan Pembelajaran Matematika
50562274556s
REZY ARNAS
2410.014

Dosen Pembimbing

M Imamuddin,M.Pd

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1434 H/2013 M


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang merupakan dasar ilmu pengetahuan dan sarana berfikir ilmiah,serta sangat berperan penting dalam perkembangan disiplin imu pendidikan dan kemajuan teknologi. Besarnya peranan tersebut telah menjadikan matematika sebagai salah satu ilmu yang dipelajari dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan merupakan salah satu mata pelajaran penentu kelulusan siswa atau mata pelajaran yang di UN kan.
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan, maka kita perlu memperoleh dan menguasainya. Hal ini dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122 yang artinya:
2
 
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”[1].
Berdasarkan surah At-Taubah ayat 122 di atas, jelas bahwa hukum dalam menuntut ilmu adalah fadhlu kifayah, termasuk dalam mempelajari matematika. Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berpengaruh dan mempunyai peranan penting dalam  perkembangan  ilmu pengetahuan, teknologi dan memajukan daya pikir manusia.
Mengingat peran matematika yang sangat penting , maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar merupakan salah satu bentuk dari evaluasi dari kegiatan pembelajaran dan untuk melihat keberhasilan peserta didik dalam belajar matematika.
Dalam kenyataannya proses belajar dan pembelajaran metematika di sekolah–sekolah belum bisa berjalan seperti yang di harapkan. Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah menunjukan bahwa pendidikan matematika masih sangan rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase kekuntasan minimal hasil belajar matematika siswa seperti pada table 1:
Tabel 1: Nilai rata–rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester 1 mata pelajaran matematika di kelas VII SMPN 4 Palembayan tahun pelajaran 2012/2013
Kelas
Rata-rata
Ketuntasan Siswa
Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah siswa
Jumlah
%
Jumlah
%
VIIa
59,25
6
30%
14
70%
20
VIIb
52,35
4
20%
16
80%
20
Sumber: Guru Matematika Kelas VII SMPN 4 Palembayan
Tabel 1 menunjukan bahwa niali ujian matematika kelas VII SMPN 4 Palembayan masih rendah karena dibawah criteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70[2]. Selain itu dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa hasil belajar matematika siswa pelajaran matematika relative rendah.
Berdasarkan wawancara penulis pada guru mata pelajaran matematika SMPN 4 Palembayan pada tanggal  13 Desember 2012, didapatka informasi tentang pembelajaran matematika ,diantaranya pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu guru ke siswa sehingga siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu , kebanyakan siswa malas mengeluarkan pendapat atau gagasanya, karena mereka lebih terbiasa menunggu jawaban dari guruya dan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Serta siswa tidak serius dalam mengerjakan latihanya  dan  malu bertanya kepada gurunya jika tidak mengerti, kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,siswa tidak mau saling berbagi pengetahuan dengan temanya,dan sisaw belum terlatih bekerja sama dengan siswa lainya[3] .
Guru sebagai salah satu komponen utama dalam pendidikan diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matematika  agar keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif  tipe Think Pair Share. Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa dituntut berfikir secara individu ,berdiskusi, saling membantu dalam kelompoknya dan diberi kesempatan untuk berbagi dengan siswa lain. Penerapam model pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share diharapkan dapat memotivasi siswa untuk memberikan ide – ide atau bertanya pada guru dan teman jika ada pembelajaran yang tidak dipahami serta dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa” .


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah    yang muncul sebagai berikut:
1.   Siswa malas mengeluarkan pendapat atau gagasan karena telah terbiasa menunggu jawaban guru atau temanya
2.   Siswa belum terlatih bekerja sama dengan siswa lain
3.   Hasil belajar matematika siswa masih rendah dan jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.

C.    Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan ,maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada hasil belajar matematika siswa yang masih rendah  dan belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan di SMPN  4 Palembayan TahunPelajaran 2012/2013.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif  Tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvesional  di kelas’ .

E.     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik  dari pada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvesional di kelas.




F.     Defenisi Operasional
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Tipe Think Pair Share atau berfikir dan berpasangan dan berbagi merupakan salah satu pendekatan kooperatif dimana siswa berfikir secara individu , berpasangan dan berbagi  dalam pasangan untuk memecahkan masalah.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tolak keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami satu mata pelajaran.

G.    Kegunaan Penelitian
1.         Bekal pengetahuan dan tambahan pengalaman bagi penulis sebagai calon guru matematika
2.         Bahan masukan bagi guru matematika khususnya SMPN 4 palembayan tahun ajaran 2012/2013 dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa
3.         Bagi siswa agar dapat meningkatkan keaktifan dam mampu memahami matematika dengan baik





 
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan dari kegiatan belajar ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahaun, keterampilan maupun sikap , bahkan meliputi segenap aspek pribadi  .
Belajar adalah  suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[4]. Selanjutnya Slameto menjelaskan tentang ciri–ciri perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang telah melakukan proses belajar, yaitu:
a.       Perubahan terjadi secara sadar.
b.      Perubahan dalam belajar yang terjadi bersifat kontiniu dan fungsional.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat tetap.
d.      Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif.
e.      
7
 
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
f.       Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek[5].
 Sedangkan pendapat lain ,Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman[6].  Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalamanya[7]. Jadi dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses , suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Prinsip – prinsip belajar mengajar  menurut Oemar Hamalik adalah :
a.          Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa
b.         Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu
c.          Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan reorganisasi pengalaman
d.         Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman
e.          Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti
f.          Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu[8].

Pembelajaran merupakan  salah satu upaya peningkatan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan gabungan dari berbagai unsur–unsur  yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran .Unsur –unsur tersebut meliputi orang–orang yang terlibat dalam pembelajaran, fasilitas dan prosedur dari pembelajaran. Menurut Fontana pembelajaram merupakan upaya penataan lingkungan yang memberikan  nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal[9]. Menurut Nikson Pembelajaran  matematika adalah upaya untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep–konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuanya sendiri melalui proses internalisasi sehingga prinsip dan konsep itu terbangun kembali[10].
Pembelajaran matematika memerlukan konsepsi yang cukup tersrrukur dan terarah . Maksudnya bahwa dalam belajar matemarika siswa dituntut untuk dapat mengaitkan symbol–symbol dan mengaplikasikan konsep – konsep tersebut dalam dunia nyata. Salah satu yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menggunakan metode dan strategi yang tepat, guna mencapai tujusn pembelajaran yang ingin di capai.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran terjadi secara bersamaan, yaitu melibatkan komponen–komponen metode dan strategi pembelajaran yang saling mempegaruhi satu sama lain. Menerapkan strategi pembelajaran yang menarik bertujuan agar beserta didik menguasai pengetahuan,sikap, dan keterampilan tentang matematika sehingga menghasilkan perubahan–perubahan tingkah laku yang bersifat permanen.

B.     Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang meibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil,dimana mereka saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Muliyardi bahwa Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah ,menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama[11]. Menurut muslimin bahwa pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,tujuan dan hadiah[12].
Pembelajaran kooperatif meberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahun bukan hanya dari guru saja tetapi juga dari siswa lain dengan melakukan kerja sama yang saling membantu antar anggota kelompok, sehingga di dalam kelas memungkinkan terjadinya interaksi yang beragam yaitu antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa .
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat saling bekerja sama, melatih siswa untuk menghargai pendapat dan hasil pekerjaan siswa lain, mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap ide atau pendapat siswa lain dengan cara yang wajar, mendengarkan dengan aktif, dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1        Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai
2        Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
3        Untuk mencapai hasil yang  maksimum para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalh yang dihadapinya [13].

Selanjutnya Muslimin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pemebalajaran yaitu sebagai berikut:
1)            Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok ata yang bekerja sama menyelesaikan tugas- tugas akademik.Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah , jadi memperoleh bantuan kusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
2)         Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif ,belajar untuk menghargai satu sama lain
3)         Pengembangan keterampilan social
Tujuan pembelajarn kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi[14].
Berikut disajikan langkah – langkah pembelajaran kooperatif:

Tabel 2: Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koopertif
Fase
Tingkah laku guru
Fase -1
Menyampaikan tujuan dan meotivasi siswa



Fase - 2
Menyajikan informasi



Fase - 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok  -kelompok belajar




Fase - 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Fase - 5
evaluasi




Fase - 6
Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar


Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan


Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk keompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien


Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya


Guru mencari cara–cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber : Muslimin Ibrahim[15]

Kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan
Kelebihan kelompok berpasangan:
                                        a.   Meningkatkan partisipasi
                                       b.   Cocok untuk tugas sederhana
                                        c.   Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing – masnig anggota kelompok
                                       d.   Interaksi lebih mudah
                                        e.   Lebih mudah dan cepat membentuknya
Kekurangan kelompok berpasangan:
                                        a.   Banyak kelompok yamg melapoe dan dimonitor
                                       b.   Lebih sedikit ide yang muncul
                                        c.   Jika ada perselisihan  ,tidak ada penengah[16]

Agar dicapai hasil yang maksimal dalam pembelajarn kooperatif ,maka harus diterapkan lima unsure model pembelajaran gotong royong yang dikemukakan oleg Roger dan David Jhonson dalam Anita Lie sebagai berikut:
1.      Saling ketergantungan
2.      Tanggung jawab perseorangan
3.      Tatap muka
4.      Komunikasi antar anggota
5.      Evaluasi proses kelompok[17]
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa:
1.      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif ini setiap kelompok bergantung satu sama lain untuk mencaai tujuan bersama.Apabila terdapat saling ketergantungan positif diantara anggota kelompok maka akan tercipta kerja sama yang saling menguntungkan.
2.      Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya agar tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.
3.      Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberi kesemptan untuk saling mengenal dan    menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4.      Komunikasi antar anggota
Keberhasilan satu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan  dan mengemukakan pendapat mereka.
5.      Evaluasi proses kelompok
Setiap siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan mereka mempunyai akibat lansung pada keberhasilan kelompoknya.

C.     Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Tipe Think Pair Share merupakan salah satu pengembangan dari pendekatan structural untuk meningkatkan perolehan akademik. Tipe Think Pair Share atau berfikir dan berpasangan dan berbagi merupakan salah satu pendekatan kooperatif dimana siswa berfikir secara individu , berpasangan dan berbagi  dalam pasangan untuk memecahkan masalah. Menurut Anita Lie kelebihan kelompok berpasangan adalah
1.      Meningkatkan partisipasi siswa
2.      Cocok untuk tugas yang sederhana
3.      Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing – masing anggota kelompok
4.      Interaksi lebih mudah
5.      Lebih mudak dan cepat membentuknya[18]

Menurut muslimin pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share memiliki beberapa prosedur yaitu sebagai berikut:
1.      Tahap -1 Thinking (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan atai isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2.      Tahap -2 Pairing(Berpasangan).

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkanya pada tahap pertama.Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu persoalan kusus telah diidentifikasi .Biasanya  guru memberi waktu  4- 5 menit untuk berpasangan.

3.      Tahap -3 Share ( berbagi )
Pada tahap akhir ,guru meminta kepada pasangan untuk berbagi tentang apa yang mereka bicarakan.Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempata untuk melaporkan[19].





D.          Pengelompokan Dalam Pembelajaran Think Pair Share
Untuk mengoptimalkan mamfaat pembelajaran Think Pair Share,keanggotaannya sebaiknya heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari beragam kemampuan akademik siswa latar belakang sosial ekonomi , jenis kelamin maupun ras. Siswa diberi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 4orang tiap kelompok itu dan mereka haruslah bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Pengelompokan heterogen bermamfaat dalam proses pembelajaran,dimana siswa akan saling membantu dalam kelompok untuk memahami suatu materi. Hal ini akan memberi kesempatan kepada siswa yang berkemampuan tinggi  untuk bisa memberi pengetahuanya kepada siswa yang berkemapuan rendah. Berikutnya disajikan langkah – langkah pengelompokan kelompok berdasarkan kemampuan akademik.

















Tabel 3: Prosedur Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan kemampuan Akademik
Langkah 1
Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik

Langkah 2
Pembentukan kelompok
Pertama
Langkah 3
Membentuk kelompok
Selanjutya
1..        Ani
2..        David
3..          -
4..          -
5..          -
6..          -
7..          -
8..          -
9..          -
10.  .       -
11.  .       Yusuf
12.  .        Citra
13.  .        Rini
14.  .        Basuki
15.  .         -
16.  .         -
17.  .         -
18.  .         -
19.  .         -
20.  .         -
21.  .         -
22.  .         -
23.  .         -
24.  .       Slamet
      25 -       Dian

1.   Ani
2.   David
3.  
4.   -
5.   -                  Citra        Ani
6.   -
7.   -
8    -                  Dian        Rini
9.   -
10.  -
11. Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15. -
16. -
17. -
18. -
19. -
20. -
21 -
22. -
23. -
24. Slamet
25. Dian


1.  Ani
2. David
3.
4.
5.                   Yusuf      David
6.
7.
8.                  Slamet     Basuki
9.
10.
11.  Yusuf
12.  Citra
13.  Rini
14.  Basuki
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. Slamet
25. Dian

Sumber :Anita Lie ,2002[20]
Tabel 3  menunjukan bahwa system diurutkan dari kemapuan rendah sampai kemampuan tinggi. Pembentukan kelompok 1 dapat  dilakukan dengan mengambil siswa dari umur 1 ,siswa nomor urut 25,siswa nomor urut 12 dan siswa nomor 13 . Untuk kelompok 2 diambil dengan menempatkn siswa no urut 2 ,siswa nomor 24,siswa nomor 11dan siswa nomor 14.Sedangkan untuk kelompok selanjutnya dilanjutkan proses yang sama.

E.     Pembelajaran Konvesional
Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berari”Pemufakatan atau kelaziman atau Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan”. Jadi pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvesional merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas individu
Pemebelajaran konvensional memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
1        Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang dapat di ukur
2        Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas  secara keseuruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual
3        Bahan pelajaran pada umumnya  berbentuk ceramah ,kuliah , tugas tertulis  dan media lain menurut pertimbangan guru
4        Beriontasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan mengajar
5        Siswa kebanyakan bersifat pasif  mendengarkan uraian guru
6        Semua siwa harus belajar  menurut kecepatan guru mengajar
7        Penguatan pada umumnya diberikan setelah dialkukan ulangan atau ujian
8        Keberhasilan belajar umumya di nilai guru secara subjektif
9        Pengajar umumnya sebagai penyebar dan penyalur informasi utama
10    Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor diberikan
11    Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang diberikan [21].
Pembelajaran konvensional diatas biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas. Pembelajaran konvensional yang dilakukan dikelas VII SMP N  4 Palembayan adalah rangkaian kegiatan belajar yang dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan  konsep yang dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru.Setelah itu diadakan tanya jawab sampai akhirnya guru merasa bahwa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Terakir guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Dalam pembelajaran konvensional  yang aktif adalah guru sehingga komunikasi yang terjadi hanya satu arah[22].

F.     Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik dalam berupa pengetahuan,keterampilan , maupun dalam bentuk sikap dan sifat kearah  yang positif.
“Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul dari yang tidak tahu menjadi tahu ,timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, keterampialn , menghargai perkembangan sifat- sifat social, emonsional dan pertumbuhan jasmani[23]

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam belajar matematika. Hasil belajar yang diperoleh siswa diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan terhadap apa yang etlah dipelajari. Hasil belajar dalam pembelajaran matematika menunjukan sampai dimana perubahan yang telah dimilikinya setelah proses pembelajaran,sejauh mana siswa mampu menerapkanya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.

G.    Kerangka Konseptual
Keranga konseptual merupakan kerangka atau alur berfikir yang menjadi dasar dalam penelitian yang penulis lakukan. Dalam pembelajaran matematika banyak sekali factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa,salah satunya adalah rendahnya aktifitas dan kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di antaranya menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Namun kenyataanya siswa kurang terlibat aktif dalam belajar,proses belajar mengajar didominasi oleh guru dan beberapa siswa pintar saja.
Salah satu cara untuk mengatasi semua masalah itu adalah dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dalam pembelajaran matematiak. Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share merupakan salah satu pengembangan dalam pendekatan structural untuk meningkatkan perolehan akademik diharapkan mampu membuat siswa aktif dalam belajar matematika. Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa penerapan model pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share  dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Secara sistematis pelaksanaan penelitian ini dapat peneliti gambarkan sebagai berikut

Hasil ?
 
Tipe Think Pair Share
 
Kelas  eksperimen
ek
 
                                      









Pembelajaran konvensional
 



Hasil ?
 


 
                                   

                           
H.     Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah dan kajian teori yang telah dikemukakan , maka yang menjadi di hipotesis dalam penelitian ini adalah “ hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN tahun pelajaran 2012/ 2013”.







BAB III
METOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan di capai dalam penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan tergolong kepada penelitian eksperimen .Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksud untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan[24].
Pada penelitian ini dibutuhkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control . Kelas eksperimen adalah kelas yang sengaja diberi perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share , sedangkan kelas control adalah kelas yang mengunakan pembelajaran konvensional .

B.     Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah Randommized Control Group Only Desigh yang digambarkan pada table berikut[25]:






25
 



23
 
 


Tabel 4: Bagan Desain Penelitian
Kelas
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
X
T
Kontrol
-
T
Sumber:Suharsimi Arikunto
Keterangan:
X : perlakuan yang diberikan pada keleas eksperimen yaitu pebelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
T   : Tes hasil belajar

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian [26]. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 4 Palembayan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tabel 5 : Jumlah Siswa Kelas VII SMP N 4 Palebayan
Tahun Pelajaran    2012/2013
No
Kelas
Jumlah
1
VIIa
20
2
VIIb
20
Sumber:Guru Mata Pelajaran Matematika
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel haruslah representatif dan menggambarkan seluruh karaketristik dari sesuatu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Suharsimi :apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%  atau 20-25% atau lebih[27]. Sesuai dengan masalah yang diteliti,maka dibutuhkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control.

D.    Variable dan Data
1.      Variable
Variable adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian[28].Variabel dalam penelitian terdiri dari
a.       Variable bebas yaitu variable  yang diperkirakan berpengaruh terhadap variable lain.Variable dalam penelitisn ini adalah pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas control.
b.      Variable terikat yaitu gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan oleh variable bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kedua kelas sampel setelah penelitian ini dilaksanakan.
2.      Jenis dan sumber data
a.      Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1)      Data primer adalah data  yang diambil oleh peneliti lansung dari sumbernya[29]. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN Tahun Pelajaran 2012/2013. 
2)      Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah.Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah siswa daan nilai hasil ujian.
b.      Sumber data
1)      Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 4 Palembaya  Tahun Pelajaran 2012/2013 yang menjadi sampel penelitian.
2)      Sumber data sekunder diperoleh dari guru bidang studi matematika kelas VII SMPN 4 Palembayan Tahun Pelajaran 2012/2013[30]

E.     Prosedur penelitian
1.      Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti mempersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan peneliti yaitu:
1)      Menetapkan jadwal penelitian
2)      Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control
3)      Mempersiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
4)      Mempersiapkan sumber-sumber, alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mendukung model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share
5)      Menyusun soal latihan dengan indicator hasil belajar
2.      Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ,peneliti melakukan pembelajaran dikelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan, sedangkan dikelas control menggunakan pembelajaran konvensional.
a.      Kelas eksperimen
1)      Pendahuluan ( 10menit)
a)      Guru membuka pembelajaran
b)      Guru mengabsen siswa
c)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d)     Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu pembelajaran metematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
e)      Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 orang dalam 1 kelompok
2)      Kegiatan inti( 65 menit)
a)      Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan beberapa contoh soal
b)      Setelah guru menjelaskan pelajaran,guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dengan langkah sebagai berikut:
                                                              i.      Think (berpikir)
Siswa memikirkan dan menuliskan jawaban pada buku latihan secara individu.
ii.      Pair (berpasangan)
Siswa mendiskusikan apa yang telah dipikirkan dan ditulisnya pada tahap pertama dengan pasangananya
iii.    Share( berbagi)
Beberapa pasangan mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergiliran.
3)      Penutup (5 menit)
a)      Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b)      Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) yang ada pada buku panduan siswa.
b.      Kelas kontrol      
1)      Pendahuluan ( 10menit)
a)      Guru membuka pelajaran
b)      Guru menciptsksn suasana yang kondusif
c)      Guru mengabsen siswa
d)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2)      Kegiatan inti( 60menit)
a)      Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode ceramah dan Tanya jawab sesuai dengan pokok bahasan
b)      Guru memberikan beberapa soal latihan .Saat memberikan latihan ,guru memantau kegiatan siswa,membimbing dan membantu dalam kesulitan menjawab soal
c)      Membahas soal latihan dengan menukar silangkan latihan siswa dan memberikan kesempatan kepada sisaw yang mau menyelesaikan soal latihan di depan kelas
d)     Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang tampil
3)      Penutup (10menit)
a)      Guru membahas soal yang tidak dapat diselasaikan oleh siswa
b)      Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan PR

3.      Tahap penyelesaian
Pada tahap akhir peneliti melaksanakan tes pada kelas eksperimen dan kelas control  untuk melihat hasil belajar matematika siswa.

F.     Instrumen penelitian
Instrument penelitian merupakan alat untuk memperoleh data tenatng hasil belajar matematika siswa.Alat pengumpul data yang diguanakan berupa tes yang berbentuk essay yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan guru.


1.      Menyusun tes hasil belajar
Tes yang peneliti susun berbentik tes essay  berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari.Tes tersebut berfungsi sebagai alat ukur , yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa.Dalam penyusunan tes tersebut , peneliti melakukan langkah- langkah berikut:
                         a.      Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa
                        b.      Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan
                         c.      Membuat kisi- kisi tes akhir sesuai dengan indicator hasil belajar
2.      Validitas tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan tes.  Suatu tes dikatakan valid jika tes tesebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau validitas kurikulum.
Suatu tes dikatakan memiliki validitaas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan[31]. Oleh karena itu,materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi sering juga disebut validitas kurikulum.Berdasarkan pendapat diatas bahwa validitas isi adalah penyesuaian antara soal yang diberikan dengan materi yang ada dalam kurikulum.


a.      Melakukan uji coba tes
Agar soal memiliki criteria yang baik, maka soal tersebut  perlu di uji cobakan terlebih dahulu dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan soal mana yang memenuhi criteria tersebut.
b.      Analisis soal tes
Setelah uji coba tes, dilakukan analisis item untuk melihat baik tidaknya suatu tes.
Tujuan analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal- soal yang baik, kurang baik,dan soal jelek.Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untk mengadakan perbaikan.[32]

Suatu soal dikatakan baik jika dapat memberikan gambaran perbedaan antara anak yang pandai dan anak yang kurang pandai. Dalam melakukan analisis item ada tiga hal yang perlu diselidiki yaitu:
1)      Tingkat kesukaran soal
Tingkat kesukaran soal digunakan sebagai salah satu syarat untuk menunjukan butir soal mudah,atau sukar.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.Agar tes dapat digunakan secara luas ,setiap soal harus diselidiki tingak kesukaranya.Untuk menentukan indeks kesukaran soal (TK) dapat digunakan rumus yaitu[33]:
Tabel 6: Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran
Kriteria
0,00  TK  0,30
Sukar
0,30  TK 0,70
Sedang
0,70  TK 1,00
Mudah
Sumber: Suharsimi Arikunto

2)      Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai ( berkemampuan rendah).Untuk menentukan daya pembeda soal dapat digunakan rumus[34]

Tabel 7: Kriteria Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda
Kriteria
0,00 – 0,20
Jelek
0,200- 0,40
cukup
0,40 – 0,70
Baik
0,70- 1,00
Baik
Sumber:Suharsimi Arikunto



3)      Reliabelitas tes
Reliabelitas tes adalah suatu ukuran ketetapan penilaian dalam mengukur suatu yang di ukur dapat dipercaya untuk diasumsikan bahwa suaatu tes dapat dikatakan reliable apabila beberapa kali pengujian menunjukan hasil relative sama[35].
Untuk mencari reliabelitas tes berbentu uraian yaitu[36]
dengan
 dan
:
          =koefisien reiabelitas tes
            =banyak butir item yang dikeluarkan dalam tes
   =jumlah varians skor dari tiap butir soal
       =varians tiap – tiap butir soal
      =varians total
   =jumlah skor tiap- tiap butir soal
      =jumlah skor total
         = banyak pengikut tes
Menurut Anas pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabelitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1.      Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabelitasnya dinyatakan telah memiliki reliabelitas yang tinggi (reliable)
2.      Apabila r11 lebih kecil dari pada 0,70 berati bahwa tes hasil belajar yang sedang di uji reliabelitasnya dinyatakan belum memiliki reliabelitas yang tinggi ( un- reliable) [37]


G.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis perbedaan dengan menggunakan rumusT-tes. Sebelum menganalisi data hasil penelitian terlebih dahulu digunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan uji-t.Untuk menguji ketiganya digunakan software minitab.
1.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak.Hipotesis yang digunakan adalah:
H0:skor hasil belajar siswa kelas sampel  berdistribusi normal
H1:skor hasil belajar siswa  kelas sampel yang tidak berdistribusi normal
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Anderson-Darling dan dilakukan dengan menggunakan software MINITAB. Untuk interpretasi dari uji normalitas  ini biasanya memperlihatkan pvalue yang menyatakan besarnya peluang untuk melakukan galat jenis satu (menolak H0 jika sesungguhnya H0 tersebut benar). Jika Pvalue yang diperoleh lebih kecil dari pada tarafnya ditetapkan () maka tolak H0 dan sebaliknya terima H1[38].




2.      Uji homogenitas variansi
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya digunakan uji F.Hipotesis  ini dirumuskan sebagai berikut:
H0:12=22
H1:1222
Rumus yang digunakan untuk menhuji hipotesis ini menurut Sudjana adalah[39]:
F=
Dimana :
F     : variansi hasil belajar kelompok data
 :variansi  hasil belajar kelompok eksperimen
 :variansi hasil belajar kelompo kontrol
Kriteria  pengujiannya adalah:
Terima Ho jika F(1-, dimana dalam hal lain tolak Ho.
Pengujian Homogenitas variansi dalam proposal ini akan dilakukan dengan bantuan software Minitab.Syafriandi mengemukan bahwajika irisan selang kepercayaan itu kosong , maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen[40].

3.      Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok sampel maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diteriam atau ditolak.Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan maka dilakukan uji satu pihak hipotesis statistic:
H0:1=2
H1:12
Dimana:
1 : merupakan rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
2 : merupakan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas control
Menurut Sudjana sebagai berikut[41]:
a.       Jika kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogeny maka uji statistic yang digunakan adalah :
dengan s=
keterangan:
     = nilai rata-rata kelas eksperiment
     = nilai rata-rata kelas control
S       = simpangan baku gabungan
     = jumlah siswa kelas eksperiment
    = jumlah siswa kelas control
     = variansi kelas eksperiment
= variansi kelas control
Kriteria pengujiannya adalah:
Terima H0 jika dengan derajat kebebasan = ( tolak Ho jika
b.      jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi mempunyai variansi tidak homogen, maka uji statistic yang digunakan adalah:
=
Keterangan :
nilai rata-rata kelas eksperiment
nilai rata-rata kelas kontrol
jumlah siswa kelas eksperiment
jumlah siswa kelas kontrol
=variansi kelas eksperiment
variansi kelas control

Kriteria pengujiannya yaitu
Tolak hipotesis Ho jika:
Dimana:
  ,
Dengan
t(1-

Pengujian hipotesis dalam proposal ini direncanakan dilakukan dengan bantuan software  Minitab . Untuk interpretasi pengujian ini bisa memperhatikan P-value. Syafriandi mengemukan jika P- value yanh diperoleh lebih kecil dari taraf nyata ( yang ditetapkan maka tolak Ho dan sebaliknya terima Ho[42].

















DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anita Lie. (2002). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)
Erman Suherman dkk. (2003). Common Teks Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:  Bumi Aksara.

Muliyardi. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: Jurusan FMIPA UNP.
Muslimin Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Pres.
Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (2005). Metoda Statistka. Bandung: Tarsito.
Suharsimi Arikunto. (2006) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------------------. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Syafriandi. (2001). Analisis Statistika Inferensial dengen Menggunakan Minitab. Padang: UNP.




[1] Departemen Agama RI,  Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005) h. 164
[2] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan .
[3] Adnelis ,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan,Wawancara 13 desember 2012 di SMPN 4 palembayan
[4] Slameto , 2003,belajar dan factor – factor yang mempengaruhinya ,(Jakarta : PT Rineka Cipta ),h 2
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang  Mempengaruhinya,…,h.3.

[6] Oemar Hamalik,2008,Proses Belajar MengajarI,(Jakarta :Bumi Aksara),h27
[7] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 8
[8] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar.( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet.ke-6, h.54

[9] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 8

[10] Muliyardi,2002,Strategi Pembelajaran Matematika,( Padang:Jurusan FMIPA UNP)h 3
[11] Muliyardi,2002,Strategi Pembelajaran Matematika,( Padang:Jurusan FMIPA UNP)h 100
[12] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h
[13] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 218
[14] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h 7
[15] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h 10

[16] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h45
[17] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h30
[18] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h 45
[19] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h26
[20] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h 4
[21] Nasution,2000,Berbagi Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara )h29
[22] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan
[23] Oemar Hamalik,2008,Proses Belajar MengajarI,(Jakarta :Bumi Aksara),h2
[24] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h3
[25] Suharsimi Arikunto,…,h87
[26] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h108

[27] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h109

[28] Suharsimi Arikunto,…,h 96
[29] Suharsimi Arikunto,…,h 96
[30] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan
[31] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h67
[32] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h207
[33] Suharsimi Arikunto,2009,…,h 208
[34] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h213
[35] Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)h208
[36] Anas Sudijono,….,h208
[37] Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)h209
[38] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)2
[39] Sudjana,2005,Metode Statistika,(Bnadung:Tarsito)h249
[40] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)h5
[41] Sudjana,2005,Metode Statistika,(Bnadung:Tarsito)h239
[42] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)


PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN
4 PALEMBAYAN TAHUN
PELAJARAN 2012/2013

PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tersruktur
Mata kuliah Metologi Penelitian  Pendidikan dan Pembelajaran Matematika
50562274556s
REZY ARNAS
2410.014

Dosen Pembimbing

M Imamuddin,M.Pd

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1434 H/2013 M


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang merupakan dasar ilmu pengetahuan dan sarana berfikir ilmiah,serta sangat berperan penting dalam perkembangan disiplin imu pendidikan dan kemajuan teknologi. Besarnya peranan tersebut telah menjadikan matematika sebagai salah satu ilmu yang dipelajari dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan merupakan salah satu mata pelajaran penentu kelulusan siswa atau mata pelajaran yang di UN kan.
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan, maka kita perlu memperoleh dan menguasainya. Hal ini dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122 yang artinya:
2
 
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”[1].
Berdasarkan surah At-Taubah ayat 122 di atas, jelas bahwa hukum dalam menuntut ilmu adalah fadhlu kifayah, termasuk dalam mempelajari matematika. Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berpengaruh dan mempunyai peranan penting dalam  perkembangan  ilmu pengetahuan, teknologi dan memajukan daya pikir manusia.
Mengingat peran matematika yang sangat penting , maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar merupakan salah satu bentuk dari evaluasi dari kegiatan pembelajaran dan untuk melihat keberhasilan peserta didik dalam belajar matematika.
Dalam kenyataannya proses belajar dan pembelajaran metematika di sekolah–sekolah belum bisa berjalan seperti yang di harapkan. Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah menunjukan bahwa pendidikan matematika masih sangan rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase kekuntasan minimal hasil belajar matematika siswa seperti pada table 1:
Tabel 1: Nilai rata–rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester 1 mata pelajaran matematika di kelas VII SMPN 4 Palembayan tahun pelajaran 2012/2013
Kelas
Rata-rata
Ketuntasan Siswa
Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah siswa
Jumlah
%
Jumlah
%
VIIa
59,25
6
30%
14
70%
20
VIIb
52,35
4
20%
16
80%
20
Sumber: Guru Matematika Kelas VII SMPN 4 Palembayan
Tabel 1 menunjukan bahwa niali ujian matematika kelas VII SMPN 4 Palembayan masih rendah karena dibawah criteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70[2]. Selain itu dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa hasil belajar matematika siswa pelajaran matematika relative rendah.
Berdasarkan wawancara penulis pada guru mata pelajaran matematika SMPN 4 Palembayan pada tanggal  13 Desember 2012, didapatka informasi tentang pembelajaran matematika ,diantaranya pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu guru ke siswa sehingga siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu , kebanyakan siswa malas mengeluarkan pendapat atau gagasanya, karena mereka lebih terbiasa menunggu jawaban dari guruya dan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Serta siswa tidak serius dalam mengerjakan latihanya  dan  malu bertanya kepada gurunya jika tidak mengerti, kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,siswa tidak mau saling berbagi pengetahuan dengan temanya,dan sisaw belum terlatih bekerja sama dengan siswa lainya[3] .
Guru sebagai salah satu komponen utama dalam pendidikan diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matematika  agar keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif  tipe Think Pair Share. Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa dituntut berfikir secara individu ,berdiskusi, saling membantu dalam kelompoknya dan diberi kesempatan untuk berbagi dengan siswa lain. Penerapam model pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share diharapkan dapat memotivasi siswa untuk memberikan ide – ide atau bertanya pada guru dan teman jika ada pembelajaran yang tidak dipahami serta dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa” .


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah    yang muncul sebagai berikut:
1.   Siswa malas mengeluarkan pendapat atau gagasan karena telah terbiasa menunggu jawaban guru atau temanya
2.   Siswa belum terlatih bekerja sama dengan siswa lain
3.   Hasil belajar matematika siswa masih rendah dan jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.

C.    Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan ,maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada hasil belajar matematika siswa yang masih rendah  dan belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan di SMPN  4 Palembayan TahunPelajaran 2012/2013.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif  Tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvesional  di kelas’ .

E.     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik  dari pada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvesional di kelas.




F.     Defenisi Operasional
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Tipe Think Pair Share atau berfikir dan berpasangan dan berbagi merupakan salah satu pendekatan kooperatif dimana siswa berfikir secara individu , berpasangan dan berbagi  dalam pasangan untuk memecahkan masalah.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tolak keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami satu mata pelajaran.

G.    Kegunaan Penelitian
1.         Bekal pengetahuan dan tambahan pengalaman bagi penulis sebagai calon guru matematika
2.         Bahan masukan bagi guru matematika khususnya SMPN 4 palembayan tahun ajaran 2012/2013 dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa
3.         Bagi siswa agar dapat meningkatkan keaktifan dam mampu memahami matematika dengan baik





 
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan dari kegiatan belajar ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahaun, keterampilan maupun sikap , bahkan meliputi segenap aspek pribadi  .
Belajar adalah  suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[4]. Selanjutnya Slameto menjelaskan tentang ciri–ciri perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang telah melakukan proses belajar, yaitu:
a.       Perubahan terjadi secara sadar.
b.      Perubahan dalam belajar yang terjadi bersifat kontiniu dan fungsional.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat tetap.
d.      Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif.
e.      
7
 
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
f.       Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek[5].
 Sedangkan pendapat lain ,Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman[6].  Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalamanya[7]. Jadi dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses , suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Prinsip – prinsip belajar mengajar  menurut Oemar Hamalik adalah :
a.          Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa
b.         Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu
c.          Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan reorganisasi pengalaman
d.         Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman
e.          Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti
f.          Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu[8].

Pembelajaran merupakan  salah satu upaya peningkatan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan gabungan dari berbagai unsur–unsur  yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran .Unsur –unsur tersebut meliputi orang–orang yang terlibat dalam pembelajaran, fasilitas dan prosedur dari pembelajaran. Menurut Fontana pembelajaram merupakan upaya penataan lingkungan yang memberikan  nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal[9]. Menurut Nikson Pembelajaran  matematika adalah upaya untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep–konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuanya sendiri melalui proses internalisasi sehingga prinsip dan konsep itu terbangun kembali[10].
Pembelajaran matematika memerlukan konsepsi yang cukup tersrrukur dan terarah . Maksudnya bahwa dalam belajar matemarika siswa dituntut untuk dapat mengaitkan symbol–symbol dan mengaplikasikan konsep – konsep tersebut dalam dunia nyata. Salah satu yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menggunakan metode dan strategi yang tepat, guna mencapai tujusn pembelajaran yang ingin di capai.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran terjadi secara bersamaan, yaitu melibatkan komponen–komponen metode dan strategi pembelajaran yang saling mempegaruhi satu sama lain. Menerapkan strategi pembelajaran yang menarik bertujuan agar beserta didik menguasai pengetahuan,sikap, dan keterampilan tentang matematika sehingga menghasilkan perubahan–perubahan tingkah laku yang bersifat permanen.

B.     Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang meibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil,dimana mereka saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Muliyardi bahwa Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah ,menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama[11]. Menurut muslimin bahwa pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,tujuan dan hadiah[12].
Pembelajaran kooperatif meberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahun bukan hanya dari guru saja tetapi juga dari siswa lain dengan melakukan kerja sama yang saling membantu antar anggota kelompok, sehingga di dalam kelas memungkinkan terjadinya interaksi yang beragam yaitu antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa .
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat saling bekerja sama, melatih siswa untuk menghargai pendapat dan hasil pekerjaan siswa lain, mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap ide atau pendapat siswa lain dengan cara yang wajar, mendengarkan dengan aktif, dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1        Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai
2        Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
3        Untuk mencapai hasil yang  maksimum para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalh yang dihadapinya [13].

Selanjutnya Muslimin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pemebalajaran yaitu sebagai berikut:
1)            Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok ata yang bekerja sama menyelesaikan tugas- tugas akademik.Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah , jadi memperoleh bantuan kusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
2)         Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif ,belajar untuk menghargai satu sama lain
3)         Pengembangan keterampilan social
Tujuan pembelajarn kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi[14].
Berikut disajikan langkah – langkah pembelajaran kooperatif:

Tabel 2: Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koopertif
Fase
Tingkah laku guru
Fase -1
Menyampaikan tujuan dan meotivasi siswa



Fase - 2
Menyajikan informasi



Fase - 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok  -kelompok belajar




Fase - 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Fase - 5
evaluasi




Fase - 6
Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar


Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan


Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk keompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien


Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya


Guru mencari cara–cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber : Muslimin Ibrahim[15]

Kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan
Kelebihan kelompok berpasangan:
                                        a.   Meningkatkan partisipasi
                                       b.   Cocok untuk tugas sederhana
                                        c.   Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing – masnig anggota kelompok
                                       d.   Interaksi lebih mudah
                                        e.   Lebih mudah dan cepat membentuknya
Kekurangan kelompok berpasangan:
                                        a.   Banyak kelompok yamg melapoe dan dimonitor
                                       b.   Lebih sedikit ide yang muncul
                                        c.   Jika ada perselisihan  ,tidak ada penengah[16]

Agar dicapai hasil yang maksimal dalam pembelajarn kooperatif ,maka harus diterapkan lima unsure model pembelajaran gotong royong yang dikemukakan oleg Roger dan David Jhonson dalam Anita Lie sebagai berikut:
1.      Saling ketergantungan
2.      Tanggung jawab perseorangan
3.      Tatap muka
4.      Komunikasi antar anggota
5.      Evaluasi proses kelompok[17]
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa:
1.      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif ini setiap kelompok bergantung satu sama lain untuk mencaai tujuan bersama.Apabila terdapat saling ketergantungan positif diantara anggota kelompok maka akan tercipta kerja sama yang saling menguntungkan.
2.      Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya agar tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.
3.      Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberi kesemptan untuk saling mengenal dan    menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4.      Komunikasi antar anggota
Keberhasilan satu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan  dan mengemukakan pendapat mereka.
5.      Evaluasi proses kelompok
Setiap siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan mereka mempunyai akibat lansung pada keberhasilan kelompoknya.

C.     Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Tipe Think Pair Share merupakan salah satu pengembangan dari pendekatan structural untuk meningkatkan perolehan akademik. Tipe Think Pair Share atau berfikir dan berpasangan dan berbagi merupakan salah satu pendekatan kooperatif dimana siswa berfikir secara individu , berpasangan dan berbagi  dalam pasangan untuk memecahkan masalah. Menurut Anita Lie kelebihan kelompok berpasangan adalah
1.      Meningkatkan partisipasi siswa
2.      Cocok untuk tugas yang sederhana
3.      Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing – masing anggota kelompok
4.      Interaksi lebih mudah
5.      Lebih mudak dan cepat membentuknya[18]

Menurut muslimin pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share memiliki beberapa prosedur yaitu sebagai berikut:
1.      Tahap -1 Thinking (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan atai isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2.      Tahap -2 Pairing(Berpasangan).

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkanya pada tahap pertama.Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu persoalan kusus telah diidentifikasi .Biasanya  guru memberi waktu  4- 5 menit untuk berpasangan.

3.      Tahap -3 Share ( berbagi )
Pada tahap akhir ,guru meminta kepada pasangan untuk berbagi tentang apa yang mereka bicarakan.Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempata untuk melaporkan[19].





D.          Pengelompokan Dalam Pembelajaran Think Pair Share
Untuk mengoptimalkan mamfaat pembelajaran Think Pair Share,keanggotaannya sebaiknya heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari beragam kemampuan akademik siswa latar belakang sosial ekonomi , jenis kelamin maupun ras. Siswa diberi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 4orang tiap kelompok itu dan mereka haruslah bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Pengelompokan heterogen bermamfaat dalam proses pembelajaran,dimana siswa akan saling membantu dalam kelompok untuk memahami suatu materi. Hal ini akan memberi kesempatan kepada siswa yang berkemampuan tinggi  untuk bisa memberi pengetahuanya kepada siswa yang berkemapuan rendah. Berikutnya disajikan langkah – langkah pengelompokan kelompok berdasarkan kemampuan akademik.

















Tabel 3: Prosedur Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan kemampuan Akademik
Langkah 1
Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik

Langkah 2
Pembentukan kelompok
Pertama
Langkah 3
Membentuk kelompok
Selanjutya
1..        Ani
2..        David
3..          -
4..          -
5..          -
6..          -
7..          -
8..          -
9..          -
10.  .       -
11.  .       Yusuf
12.  .        Citra
13.  .        Rini
14.  .        Basuki
15.  .         -
16.  .         -
17.  .         -
18.  .         -
19.  .         -
20.  .         -
21.  .         -
22.  .         -
23.  .         -
24.  .       Slamet
      25 -       Dian

1.   Ani
2.   David
3.  
4.   -
5.   -                  Citra        Ani
6.   -
7.   -
8    -                  Dian        Rini
9.   -
10.  -
11. Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15. -
16. -
17. -
18. -
19. -
20. -
21 -
22. -
23. -
24. Slamet
25. Dian


1.  Ani
2. David
3.
4.
5.                   Yusuf      David
6.
7.
8.                  Slamet     Basuki
9.
10.
11.  Yusuf
12.  Citra
13.  Rini
14.  Basuki
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. Slamet
25. Dian

Sumber :Anita Lie ,2002[20]
Tabel 3  menunjukan bahwa system diurutkan dari kemapuan rendah sampai kemampuan tinggi. Pembentukan kelompok 1 dapat  dilakukan dengan mengambil siswa dari umur 1 ,siswa nomor urut 25,siswa nomor urut 12 dan siswa nomor 13 . Untuk kelompok 2 diambil dengan menempatkn siswa no urut 2 ,siswa nomor 24,siswa nomor 11dan siswa nomor 14.Sedangkan untuk kelompok selanjutnya dilanjutkan proses yang sama.

E.     Pembelajaran Konvesional
Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berari”Pemufakatan atau kelaziman atau Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan”. Jadi pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvesional merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas individu
Pemebelajaran konvensional memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
1        Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang dapat di ukur
2        Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas  secara keseuruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual
3        Bahan pelajaran pada umumnya  berbentuk ceramah ,kuliah , tugas tertulis  dan media lain menurut pertimbangan guru
4        Beriontasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan mengajar
5        Siswa kebanyakan bersifat pasif  mendengarkan uraian guru
6        Semua siwa harus belajar  menurut kecepatan guru mengajar
7        Penguatan pada umumnya diberikan setelah dialkukan ulangan atau ujian
8        Keberhasilan belajar umumya di nilai guru secara subjektif
9        Pengajar umumnya sebagai penyebar dan penyalur informasi utama
10    Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor diberikan
11    Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang diberikan [21].
Pembelajaran konvensional diatas biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas. Pembelajaran konvensional yang dilakukan dikelas VII SMP N  4 Palembayan adalah rangkaian kegiatan belajar yang dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan  konsep yang dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru.Setelah itu diadakan tanya jawab sampai akhirnya guru merasa bahwa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Terakir guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Dalam pembelajaran konvensional  yang aktif adalah guru sehingga komunikasi yang terjadi hanya satu arah[22].

F.     Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik dalam berupa pengetahuan,keterampilan , maupun dalam bentuk sikap dan sifat kearah  yang positif.
“Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul dari yang tidak tahu menjadi tahu ,timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, keterampialn , menghargai perkembangan sifat- sifat social, emonsional dan pertumbuhan jasmani[23]

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam belajar matematika. Hasil belajar yang diperoleh siswa diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan terhadap apa yang etlah dipelajari. Hasil belajar dalam pembelajaran matematika menunjukan sampai dimana perubahan yang telah dimilikinya setelah proses pembelajaran,sejauh mana siswa mampu menerapkanya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.

G.    Kerangka Konseptual
Keranga konseptual merupakan kerangka atau alur berfikir yang menjadi dasar dalam penelitian yang penulis lakukan. Dalam pembelajaran matematika banyak sekali factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa,salah satunya adalah rendahnya aktifitas dan kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di antaranya menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Namun kenyataanya siswa kurang terlibat aktif dalam belajar,proses belajar mengajar didominasi oleh guru dan beberapa siswa pintar saja.
Salah satu cara untuk mengatasi semua masalah itu adalah dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dalam pembelajaran matematiak. Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share merupakan salah satu pengembangan dalam pendekatan structural untuk meningkatkan perolehan akademik diharapkan mampu membuat siswa aktif dalam belajar matematika. Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa penerapan model pembelajarn kooperatif Tipe Think Pair Share  dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Secara sistematis pelaksanaan penelitian ini dapat peneliti gambarkan sebagai berikut

Hasil ?
 
Tipe Think Pair Share
 
Kelas  eksperimen
ek
 
                                      









Pembelajaran konvensional
 



Hasil ?
 


 
                                   

                           
H.     Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah dan kajian teori yang telah dikemukakan , maka yang menjadi di hipotesis dalam penelitian ini adalah “ hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN tahun pelajaran 2012/ 2013”.







BAB III
METOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan di capai dalam penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan tergolong kepada penelitian eksperimen .Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksud untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan[24].
Pada penelitian ini dibutuhkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control . Kelas eksperimen adalah kelas yang sengaja diberi perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share , sedangkan kelas control adalah kelas yang mengunakan pembelajaran konvensional .

B.     Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah Randommized Control Group Only Desigh yang digambarkan pada table berikut[25]:






25
 



23
 
 


Tabel 4: Bagan Desain Penelitian
Kelas
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
X
T
Kontrol
-
T
Sumber:Suharsimi Arikunto
Keterangan:
X : perlakuan yang diberikan pada keleas eksperimen yaitu pebelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
T   : Tes hasil belajar

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian [26]. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 4 Palembayan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tabel 5 : Jumlah Siswa Kelas VII SMP N 4 Palebayan
Tahun Pelajaran    2012/2013
No
Kelas
Jumlah
1
VIIa
20
2
VIIb
20
Sumber:Guru Mata Pelajaran Matematika
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel haruslah representatif dan menggambarkan seluruh karaketristik dari sesuatu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Suharsimi :apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%  atau 20-25% atau lebih[27]. Sesuai dengan masalah yang diteliti,maka dibutuhkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control.

D.    Variable dan Data
1.      Variable
Variable adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian[28].Variabel dalam penelitian terdiri dari
a.       Variable bebas yaitu variable  yang diperkirakan berpengaruh terhadap variable lain.Variable dalam penelitisn ini adalah pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas control.
b.      Variable terikat yaitu gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan oleh variable bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kedua kelas sampel setelah penelitian ini dilaksanakan.
2.      Jenis dan sumber data
a.      Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1)      Data primer adalah data  yang diambil oleh peneliti lansung dari sumbernya[29]. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN Tahun Pelajaran 2012/2013. 
2)      Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah.Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah siswa daan nilai hasil ujian.
b.      Sumber data
1)      Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 4 Palembaya  Tahun Pelajaran 2012/2013 yang menjadi sampel penelitian.
2)      Sumber data sekunder diperoleh dari guru bidang studi matematika kelas VII SMPN 4 Palembayan Tahun Pelajaran 2012/2013[30]

E.     Prosedur penelitian
1.      Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti mempersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan peneliti yaitu:
1)      Menetapkan jadwal penelitian
2)      Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control
3)      Mempersiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
4)      Mempersiapkan sumber-sumber, alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mendukung model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share
5)      Menyusun soal latihan dengan indicator hasil belajar
2.      Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ,peneliti melakukan pembelajaran dikelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan, sedangkan dikelas control menggunakan pembelajaran konvensional.
a.      Kelas eksperimen
1)      Pendahuluan ( 10menit)
a)      Guru membuka pembelajaran
b)      Guru mengabsen siswa
c)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d)     Guru memberikan informasi kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu pembelajaran metematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
e)      Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 orang dalam 1 kelompok
2)      Kegiatan inti( 65 menit)
a)      Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan beberapa contoh soal
b)      Setelah guru menjelaskan pelajaran,guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dengan langkah sebagai berikut:
                                                              i.      Think (berpikir)
Siswa memikirkan dan menuliskan jawaban pada buku latihan secara individu.
ii.      Pair (berpasangan)
Siswa mendiskusikan apa yang telah dipikirkan dan ditulisnya pada tahap pertama dengan pasangananya
iii.    Share( berbagi)
Beberapa pasangan mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergiliran.
3)      Penutup (5 menit)
a)      Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b)      Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) yang ada pada buku panduan siswa.
b.      Kelas kontrol      
1)      Pendahuluan ( 10menit)
a)      Guru membuka pelajaran
b)      Guru menciptsksn suasana yang kondusif
c)      Guru mengabsen siswa
d)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2)      Kegiatan inti( 60menit)
a)      Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode ceramah dan Tanya jawab sesuai dengan pokok bahasan
b)      Guru memberikan beberapa soal latihan .Saat memberikan latihan ,guru memantau kegiatan siswa,membimbing dan membantu dalam kesulitan menjawab soal
c)      Membahas soal latihan dengan menukar silangkan latihan siswa dan memberikan kesempatan kepada sisaw yang mau menyelesaikan soal latihan di depan kelas
d)     Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang tampil
3)      Penutup (10menit)
a)      Guru membahas soal yang tidak dapat diselasaikan oleh siswa
b)      Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan PR

3.      Tahap penyelesaian
Pada tahap akhir peneliti melaksanakan tes pada kelas eksperimen dan kelas control  untuk melihat hasil belajar matematika siswa.

F.     Instrumen penelitian
Instrument penelitian merupakan alat untuk memperoleh data tenatng hasil belajar matematika siswa.Alat pengumpul data yang diguanakan berupa tes yang berbentuk essay yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan guru.


1.      Menyusun tes hasil belajar
Tes yang peneliti susun berbentik tes essay  berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari.Tes tersebut berfungsi sebagai alat ukur , yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa.Dalam penyusunan tes tersebut , peneliti melakukan langkah- langkah berikut:
                         a.      Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa
                        b.      Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan
                         c.      Membuat kisi- kisi tes akhir sesuai dengan indicator hasil belajar
2.      Validitas tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan tes.  Suatu tes dikatakan valid jika tes tesebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau validitas kurikulum.
Suatu tes dikatakan memiliki validitaas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan[31]. Oleh karena itu,materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi sering juga disebut validitas kurikulum.Berdasarkan pendapat diatas bahwa validitas isi adalah penyesuaian antara soal yang diberikan dengan materi yang ada dalam kurikulum.


a.      Melakukan uji coba tes
Agar soal memiliki criteria yang baik, maka soal tersebut  perlu di uji cobakan terlebih dahulu dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan soal mana yang memenuhi criteria tersebut.
b.      Analisis soal tes
Setelah uji coba tes, dilakukan analisis item untuk melihat baik tidaknya suatu tes.
Tujuan analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal- soal yang baik, kurang baik,dan soal jelek.Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untk mengadakan perbaikan.[32]

Suatu soal dikatakan baik jika dapat memberikan gambaran perbedaan antara anak yang pandai dan anak yang kurang pandai. Dalam melakukan analisis item ada tiga hal yang perlu diselidiki yaitu:
1)      Tingkat kesukaran soal
Tingkat kesukaran soal digunakan sebagai salah satu syarat untuk menunjukan butir soal mudah,atau sukar.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.Agar tes dapat digunakan secara luas ,setiap soal harus diselidiki tingak kesukaranya.Untuk menentukan indeks kesukaran soal (TK) dapat digunakan rumus yaitu[33]:
Tabel 6: Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran
Kriteria
0,00  TK  0,30
Sukar
0,30  TK 0,70
Sedang
0,70  TK 1,00
Mudah
Sumber: Suharsimi Arikunto

2)      Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai ( berkemampuan rendah).Untuk menentukan daya pembeda soal dapat digunakan rumus[34]

Tabel 7: Kriteria Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda
Kriteria
0,00 – 0,20
Jelek
0,200- 0,40
cukup
0,40 – 0,70
Baik
0,70- 1,00
Baik
Sumber:Suharsimi Arikunto



3)      Reliabelitas tes
Reliabelitas tes adalah suatu ukuran ketetapan penilaian dalam mengukur suatu yang di ukur dapat dipercaya untuk diasumsikan bahwa suaatu tes dapat dikatakan reliable apabila beberapa kali pengujian menunjukan hasil relative sama[35].
Untuk mencari reliabelitas tes berbentu uraian yaitu[36]
dengan
 dan
:
          =koefisien reiabelitas tes
            =banyak butir item yang dikeluarkan dalam tes
   =jumlah varians skor dari tiap butir soal
       =varians tiap – tiap butir soal
      =varians total
   =jumlah skor tiap- tiap butir soal
      =jumlah skor total
         = banyak pengikut tes
Menurut Anas pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabelitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1.      Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabelitasnya dinyatakan telah memiliki reliabelitas yang tinggi (reliable)
2.      Apabila r11 lebih kecil dari pada 0,70 berati bahwa tes hasil belajar yang sedang di uji reliabelitasnya dinyatakan belum memiliki reliabelitas yang tinggi ( un- reliable) [37]


G.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis perbedaan dengan menggunakan rumusT-tes. Sebelum menganalisi data hasil penelitian terlebih dahulu digunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan uji-t.Untuk menguji ketiganya digunakan software minitab.
1.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak.Hipotesis yang digunakan adalah:
H0:skor hasil belajar siswa kelas sampel  berdistribusi normal
H1:skor hasil belajar siswa  kelas sampel yang tidak berdistribusi normal
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Anderson-Darling dan dilakukan dengan menggunakan software MINITAB. Untuk interpretasi dari uji normalitas  ini biasanya memperlihatkan pvalue yang menyatakan besarnya peluang untuk melakukan galat jenis satu (menolak H0 jika sesungguhnya H0 tersebut benar). Jika Pvalue yang diperoleh lebih kecil dari pada tarafnya ditetapkan () maka tolak H0 dan sebaliknya terima H1[38].




2.      Uji homogenitas variansi
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya digunakan uji F.Hipotesis  ini dirumuskan sebagai berikut:
H0:12=22
H1:1222
Rumus yang digunakan untuk menhuji hipotesis ini menurut Sudjana adalah[39]:
F=
Dimana :
F     : variansi hasil belajar kelompok data
 :variansi  hasil belajar kelompok eksperimen
 :variansi hasil belajar kelompo kontrol
Kriteria  pengujiannya adalah:
Terima Ho jika F(1-, dimana dalam hal lain tolak Ho.
Pengujian Homogenitas variansi dalam proposal ini akan dilakukan dengan bantuan software Minitab.Syafriandi mengemukan bahwajika irisan selang kepercayaan itu kosong , maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen[40].

3.      Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok sampel maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diteriam atau ditolak.Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan maka dilakukan uji satu pihak hipotesis statistic:
H0:1=2
H1:12
Dimana:
1 : merupakan rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
2 : merupakan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas control
Menurut Sudjana sebagai berikut[41]:
a.       Jika kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogeny maka uji statistic yang digunakan adalah :
dengan s=
keterangan:
     = nilai rata-rata kelas eksperiment
     = nilai rata-rata kelas control
S       = simpangan baku gabungan
     = jumlah siswa kelas eksperiment
    = jumlah siswa kelas control
     = variansi kelas eksperiment
= variansi kelas control
Kriteria pengujiannya adalah:
Terima H0 jika dengan derajat kebebasan = ( tolak Ho jika
b.      jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi mempunyai variansi tidak homogen, maka uji statistic yang digunakan adalah:
=
Keterangan :
nilai rata-rata kelas eksperiment
nilai rata-rata kelas kontrol
jumlah siswa kelas eksperiment
jumlah siswa kelas kontrol
=variansi kelas eksperiment
variansi kelas control

Kriteria pengujiannya yaitu
Tolak hipotesis Ho jika:
Dimana:
  ,
Dengan
t(1-

Pengujian hipotesis dalam proposal ini direncanakan dilakukan dengan bantuan software  Minitab . Untuk interpretasi pengujian ini bisa memperhatikan P-value. Syafriandi mengemukan jika P- value yanh diperoleh lebih kecil dari taraf nyata ( yang ditetapkan maka tolak Ho dan sebaliknya terima Ho[42].

















DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anita Lie. (2002). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)
Erman Suherman dkk. (2003). Common Teks Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:  Bumi Aksara.

Muliyardi. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: Jurusan FMIPA UNP.
Muslimin Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Pres.
Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (2005). Metoda Statistka. Bandung: Tarsito.
Suharsimi Arikunto. (2006) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------------------. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Syafriandi. (2001). Analisis Statistika Inferensial dengen Menggunakan Minitab. Padang: UNP.




[1] Departemen Agama RI,  Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005) h. 164
[2] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan .
[3] Adnelis ,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan,Wawancara 13 desember 2012 di SMPN 4 palembayan
[4] Slameto , 2003,belajar dan factor – factor yang mempengaruhinya ,(Jakarta : PT Rineka Cipta ),h 2
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang  Mempengaruhinya,…,h.3.

[6] Oemar Hamalik,2008,Proses Belajar MengajarI,(Jakarta :Bumi Aksara),h27
[7] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 8
[8] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar.( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet.ke-6, h.54

[9] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 8

[10] Muliyardi,2002,Strategi Pembelajaran Matematika,( Padang:Jurusan FMIPA UNP)h 3
[11] Muliyardi,2002,Strategi Pembelajaran Matematika,( Padang:Jurusan FMIPA UNP)h 100
[12] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h
[13] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 218
[14] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h 7
[15] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h 10

[16] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h45
[17] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h30
[18] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h 45
[19] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h26
[20] Anita Lie,2002,Cooperatif Learning,(Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia)h 4
[21] Nasution,2000,Berbagi Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara )h29
[22] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan
[23] Oemar Hamalik,2008,Proses Belajar MengajarI,(Jakarta :Bumi Aksara),h2
[24] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h3
[25] Suharsimi Arikunto,…,h87
[26] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h108

[27] Suharsimi Arikunto,2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara)h109

[28] Suharsimi Arikunto,…,h 96
[29] Suharsimi Arikunto,…,h 96
[30] Adnelis,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 4 palembayan
[31] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h67
[32] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h207
[33] Suharsimi Arikunto,2009,…,h 208
[34] Suharsimi Arikunto,2009,Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara)h213
[35] Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)h208
[36] Anas Sudijono,….,h208
[37] Anas Sudijono,2009,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Bandung:PT Raja Grafindo Indonesia)h209
[38] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)2
[39] Sudjana,2005,Metode Statistika,(Bnadung:Tarsito)h249
[40] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)h5
[41] Sudjana,2005,Metode Statistika,(Bnadung:Tarsito)h239
[42] Syafriandi,2001,Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab,(Padang :UNP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar